Somdej Toh lahir pada tanggal 17 April B.E.2331 ditahun ketujuh Groong Rattanagosin era dimana Raja Rama I memerintah. Meskipun Somdej To mungkin bertindak agak tidak sesuai tapibeliau dikenal sebagai biarawan yang sangat eksentrik. Ada legenda yang menyebutkan bahwa Raja Rama Keempat sangat mendukung beliau. Juga diketahui bahwa Raja adalah pakar astrologi (ilmu perbintangan) ia bahkan bisa memprediksi gerhana matahari akan datang. Raja bersama dengan anaknya beserta korps diplomatiknya melakukan perjalanan ke Whakoh di Prachaub dan menyaksikan gerhana matahari - sebuah peristiwa yang mengejutkan semua orang - mengenai kemampuannya dalam ilmu perbintangan
Somdej Toh memperoleh dukungan penuh dari para bangsawan untuk meninggalkan kehidupan kebikkhuan untuk menjadi Raja Siam. Sebagai seorang astrolog yang handal beliau melihat data kelahiran Pangeran Issaresrangsarn adik laki-lakinya, dan meyakini bahwa data kelahirannya sangat bagus sehingga dia menunjuk adiknya untuk menjadi raja yang disebut "Phra Pinklauo". Namun Raja saat itu tidak senang dengan hal tersebut karena Raja pun telah memeriksa data kelahiran Somdej Toh.
Berdasarkan data kelahiranya, diketahui bahwa Somdej Toh adalah seorang Bikkhu yang Cerdas dan berkemampuan tinggi. Pada waktu kelahirannya beliau memiliki karma baik yang sangat besar. Ini berarti beliau akan menjadi sangat terkenal dan sangat dihormati.Data kelahirannya menunjukkan bahwa ia adalah seorang pekerja keras, seorang yatim piatu yang memilih jalur Buddha, memiliki kecerdasan tinggi dan tidak memiliki keinginan akan hal hal duniawi seperti kekayaan, tidak menginginkan untuk memiliki sesuatu dan akan berusia panjang. Raja Rama Keempat yang sangat ahli dalam ilmu perbintangan menyatakan bahwa data kelahiran Somdej Toh sangat luar biasa baik.
Apabila menilai dari tanda- tanda dan kepribadian , diyakini bahwa Somdej Toh telah memiliki pencapaian tingkat tinggi (pencerahan) dan dapat melakukan hal-hal yang tidak bisa dijelaskan ilmu pengetahuan. Suatu hari beliau ditanya di depan sebuah Stupa, "apa yang ada di dalam cekungan dan beliau menjawab " Dua ekor Katak" dan ternyata benar ditemukan dua ekor katak yang tidak dapat keluar , akhirnya dua katak tersebut dikeluarkan dan dibebaskan. Kehidupan beliau penuh dengan kegiatan sosial seperti menolong orang orang yang miskin , hal inilah yang menyebabkan orang orang Thailand sangat menghormati beliau. Somdej Toh pun dikenal sebagai bikkhu yang sangat eksentrik dan berperilaku berbeda dengan yang lainnya, suatu hari salah seorang muridnya berkelahi satu sama lain dan hendak menggunakan kekerasan. Apabila beliau menghentikannya tentu hal itu sangat wajar tapi beliau malah melakukan sebaliknya beliau mengambil lilin dan dupa dan menghadap mereka , bersujud dan berkata "kalian semua sangat hebat, izinkan saya untuk menjadi murid kalian"
Melihat hal ini, murid muridnya berhenti berkelahi, Somdej Toh kembali bersujud dan berkata " saya tidak bisa mengajar dengan baik, dan ini bukan kesalahan kalian, silakan menyalahkan saya atas terjadinya semua ini". Somdej Toh memiliki keyakinan pada cara Buddhis untuk menaklukan kemarahan tanpa kemarahan.
Suatu hari murid muridnya bermain Takraw, melihat peristiwa ini beliau datang dengan kain yang dilipat membalut kepalanya dan berkata , "bolehkah saya bergabung ?". Para murid yang sedang bermain Takraw langsung berhenti dan ada perasaan bersalah diantara mereka. Beliau sering bertukar pendapat dan ide dengan para missionaris dari negara lain. Suatu hari beliau ditanya "dimanakah kutub dari bumi berada ?". Beliau mengajak missionaris berdiri di atas tanah dan menunjuk "Di Sini". Lalu missionaris itu kembali bertanya, "Darimana anda tahu bahwa kutub itu berada disini " Beliau menjawab "Bumi itu berbentuk bundar dan bila kita menarik garis di bumi maka hanya akan ada disini bersama kutub lainnya"
Ada yang mengatakan bahwa Somdej Toh sempat tinggal di Ayutthaya, datang dan tinggal di Chaiyo, tumbuh dewasa di Wat Indra dan ditahbiskan di Wat Rakhang. Beliau membangun Buddha Rupang Luangpu To di Wat Indra namun beliau wafat sebelum proses pembangunan selesai. Rupang Buddha yang dibangun beliau dipercaya turut disponsori oleh seniman-seniman atau "Chang Sipmoo" yang juga membantu beliau untuk mendesain. Mantra dan doa yang beliau gunakan juga berasal dari Srilanka atau Ceylon, orang yang melafalkan doa dan mantra beliau akan terbebas dari kesulitan dan akan memperoleh kebahagiaan dengan segala pujian pujian dan berkat yang diperoleh. Somdej Toh juga menerjemahkan Mantra tersebut dari Bahasa Pali ke Bahasa Thai
Cerita dan legenda mengenai Somdej Buddhacharn Toh tampak tak terhitung.Chao Phrya Srisuriyawongse (Cuang Bunnag) seorang Bupati yang telah menjabat selama 5 tahun sampai sebelum King Rama V bertambah tua dan jabatannya akan berakhir digosipkan akan berkhianat kepada Raja. Somdej Toh datang dengan membawa obor menyala pada siang hari dan bertemu dengan Bupati tersebut dan bertanya langsung "apakah hal ini benar atau tidak benar? , apabila hal ini benar maka saya meminta anda untuk mengentikannya". Pejabat tersebut menyetujui untuk mengakhiri gosip gosip tersebut.
Somdej Toh menjadi akrab dengan Bupati tersebut yang kemudian meminta beliau untuk memberikan kotbah dari waktu ke waktu. Kotbah dari Somdej Toh penuh dengan percontohan dan cerita yang hingga kini membuatnya mudah untuk dipahami. Somdej Toh sangat bijaksana dan memiliki kecerdasan yang tinggi dan dapat dikatakan beliau adalah seorang Jenius. Ketika King Mongkut mewarisi tahta pada umur 69 tahun, Somdej Toh berusia 81 tahun dan mendapat gelar Buddhacharn sebuah gelar dalam Sangha Thailand selama 3 tahun lalu beliau memasuki masa tuanya dengan menunjuk Phra Puttabatpilan menjadi kepala Vihara.
Pada salah satu Kisah , suatu ketika Pangeran Duang dari Kamboja mengundang Somdej Toh untuk memberikan ceramah , dalam perjalanan ke kediamannya sangat banyak harimau bersemayam. Lalu beliau meminta para harimau untuk beristirahat penuh dan tidak mencelakai orang orang disekitarnya lagi, lalu Somdej Toh melanjutkan perjalanan ke kediaman Pangeran dengan menggunakan tandu padahal Pangeran menyediakan kereta yang ditarik oleh kerbau dan sapi. Disini terlihat sifat welas asih beliau yang tidak ingin menyiksa hewan dengan memaksa mereka menarik kereta beroda.
Kotbah yang disampaikan ke pada Pangeran dan masyarakat Kamboja adalah mengenai persatuan. King Mongkut senang dengan ceramah ini , Somdej Toh memutuskan untuk membangun Vihara yang disebut Ketchaiyo. Pembangunan vihara tersebut didukung dan dibantu oleh King Mongkut dan Pangeran Pinklauo dan masyarakat asing yang tinggal di Thailand seperti orang orang India, Kamboja, Laos, Chinese dll. Vihara ini menjadi sangat terkenal dan banyak dikunjungi orang sepanjang waktu. Sudah diketahui banyak orang bahwa Somdej Toh dan King Rama IV pernah menjadi bikkhu dan saling mengenal baik satu sama lain. Suatu hari King Rama IV mengadakan kontes mendekor perahu dan berbagai daerah mengirimkan perahu perahu yang telah dihias dengan sangat cantik, Somdej Toh juga datang namun dengan perahu biasa dan seekor monyet diatas perahu tersebut. Raja menyadari bahwa Somdej Toh tidak kan ikut berpartisipasi dalam acara kontes seperti itu karena beliau adalah seorang bikkhu yang tidak menginginkan kekuasaan ataupun hal hal duniawi lainnya. Raja dan Somdej Toh memiliki hubungan yang baik dan harmonis dan Raja mempersembahkan satu perahu yang cantik dan meminta Somdej Toh untuk menggunakannya sebagai sarana transportasi ketika berkeliling untuk memberikan ceramah Dhamma. Perahu yang diberikan adalah perahu besar , disinilah orang menyebut beliau Somdej To atau Somdej Besar. Beberapa tahun kemudian, Somdej Toh wafat sehingga kesedihan dan duka melanda hati banyak orang.
-Ajaran dari Somdej Toh / Ajahn Toh -
"Bila Perbuatan Baik Tidak Pernah Kamu Lakukan , Siapa Yang Akan Menolongmu ?"
"Anakku, sebelum kamu mengunjungi guru / master untuk meminta blessing, kamu harus memiliki investasi yang cukup, yang artinya kamu harus memiliki karma baik yang cukup. Ketika kamu tidak memiliki karma baik yang cukup kamu bisa meminjam pertolongan orang lain, bila tidak kamu tidak bisa bertahan dalam hidup karena perbuatan (buruk) yang kamu lakukan terlalu berat untukmu"
"Ketika kamu telah melakukan perbuatan-perbuatan baik, semua karma baik itu akan kembali pada mereka yang kamu pinjam pertolongannya dan apa yang tersisa bagimu ? dan untuk kehidupanmu yang akan datang? Selalu lakukan perbuatan baik, Dewa Dewa dan Langit pasti akan membantumu"
"Selalu ingat, bila belum waktunya, Para Dewa pun tidak bisa membantumu, bila waktunya sudah tiba tidak akan ada yang bisa menghentikanmu, Jangan mendahului Dewa"
"Bila Perbuatan Baik Tidak Pernah Kamu Lakukan , Siapa Yang Akan Menolongmu ?"
Ajaran ini sangat populer di thai dan diwariskan turun temurun oleh Chao Khun Nor Wat Thepsirin
Ini adalah kisah yang diceritakan oleh Somdej Toh ketika beliau fokus pada Nimitta
(bayangan yang muncul ketika meditasi).
Suatu malam Somdej Toh terbangun dan melihat seorang pria yang memakai pakaian serba putih yang tampak terlalu menakjubkan untuk seorang makhluk yang berasal dari dunia ini. Beliau menyadari bahwa pria tersebut bukan manusia, lalu Somdej Toh bertanya mengenai siapakah identitas diri pria itu.
"Yang Mulia, sungguh sebuah karma baik dan kebanggaan dapat bertemu dengan anda, anda telah mengunjungi tempat saya. Apabila saya telah berbuat kesalahan atau melakukan tindakan yang salah terkait Ajaran Buddha, saya mohon berikanlah saya pencerahan"
Pria tersebut menjawan "Tarn Toh, perilaku dan tindakanmu sudah sama seperti Phra Samana Kodhom (Buddha Gotama), hanya saja rencanamu untuk membuat amulet, kamu berencana untuk membuat sebuah kenang kenangan (cenderamata) untuk banyak orang, ketika kamu sudah mulai mengerjakannya , harus melalui proses yang benar"
Lalu pria tersebut melanjutkan "Tarn Toh, kamu telah menjalani kehidupan spiritual maka kamu harus mengikuti hukum alam, proses pemberkatan yang dilakukan harus melalui cara dan tahap yang benar dalam mengadakan upacara"
Somdej Toh kemudian menjawab "Yang Mulia, saya sangat terbuka untuk pendapat dari siapapun apabila anda ingin membantu saya, saya mohon masukan dan saran agar dapat diberikan" . Pria tersebut kemudian mengajarkan bagaimana mengadakan upacara , di Thailand disebut "Tevar Bunyad" atau "Phromma Bunyad" . Sebelum pria itu menghilang dari pandangan, Somdej Toh bertanya "Yang Mulia Phra Phrom , siapakah nama anda?"
Pria tersebut kemudian menjawab , "Bila kamu memerlukan bantuanku, aku adalah siswa dari Aong Phra Moggalana (Y.A Moggalana) , aku telah mencapai pencerahan ketika masih hidup di dunia. Dulu aku berusia 7 tahun namun aku meninggalkan dunia sebelum waktu yang seharusnya karena khawatir akan hawa nafsu, aku khawatir wanita akan membuatku melanggar sila dalam hidup. Aku berdiam di Alam Brahma, bila anda membutuhkan bantuanku ingat dan pikirkanlah "Chinnabunchara""
Kapanpun Somdej Toh memberkati amulet atau objek objek suci dalam sebuah upacara, Brahma Chinnabunchara selalu hadir, legenda ini diwariskan turun temurun selama ratusan tahun mengikuti kisah hidup Somdej Toh. "Mereka yang belajar untuk berdoa tidak akan terjatuh" kata Somdej Toh, "Melafalkan Chinnabunchorn dengan penuh kesadaran akan memberikan perlindungan kepada praktisinya, dapat digunakan untuk memberkati dan berbagai tujuan"
Untuk Mantra Chinnabunchorn dari Somdej Toh bisa dilihat disini