Friday, March 25, 2016

Kisah Jataka - Setan di Padang Pasir

Setan Di Padang Pasir


Dahulu kala ada dua orang pedagang yang berteman. Keduanya sedang sibuk mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan dagang, jadi mereka harus memutuskan apakah mereka akan mengadakan perjalanan bersama atau tidak. Mereka berdua kemudian menyetujui bahwa jalan yang akan mereka tempuh akan terlalu padat apabila dilalui bersama-sama, karena tiap rombongan akan membawa 500 kereta.

Pedagang yang pertama berpikir untuk berjalan terlebih dahulu, kerana ia berpikir, "Kalau aku duluaan, jalan tersebut masih mulus belum rusak karena kereta-kereta yang lain, dan juga sapi-sapiku akan bisa memilih memakan rumput yang terbaik, kami akan mendapatkan semua buah-buahan dan sayuran untuk dimakan,rombonganku akan menghargai kepemimpinanku, dan padaakhirnya aku akan mampu menawarkan harga yang tertinggi".


Pedagang yang kedua berpikir dengan hati-hati dan menyadari bahwa akan ada banyak keuntungan baginya apabila ia berangkat setelah rombongan yang pertama. Ia berpikir, "Rombongan kereta temanku akan meratakan dan memudahkan jalan yang akan kulalui sehingga kami tidak akan menemukan kesulitan, sapi-sapinya akan memakan rumput-rumput yang telah tua, dan tunas-tunas
lembut yang baru akn tumbuh untuk dimakan oleh sapi-sapiku. Demikian juga, mereka akan memetik
buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah tua, dan yangegar akan tumbuh untuk membiarkan teman yang pertama untuk melakukan perjalanan terlebih dahulu. Pedagang pertama merasa ia telah berhasil menipu pedagang yang kedua - Jadi ia berangkat terlebih dahulu.


Pedagang yang berangkat terlebih dahulu mengalami saat yang sulit. Mereka sampai pada apa yang disebut 'Gurun Tidak Berair', yang kata orang setempat, didiami oleh setan-setan. Ketika rombongan tersebut sampai ditengah-tengah gurun tersebut, mereka bertemu dengan rombongan lain yang datang dari arah yang berlawanan. Kereta dari rombongan tersebut penuh dengan lumpur dan
berair. Ada bunga lili putih dan teratai pada tangan mereka dan kereta mereka. Pemimpin rombongan tersebut, yang mempunyai tingkah sirik tahu, berkata kepada pedagang tersebut, "Mengapa anda membawa beban air yang begitu berat? Dalam waktu singkat anda akan mencapai oase dengan banyak air untuk diminum dan tumbuhan untuk dimakan. Sapi anda kelelahan membawa begitu banyak beban dengan tambahan air. Jadi buang sajalah air tersebut dan dengan begitu anda berbuat
baik kepada sapi-sapi tersebut!"


Meskipun telah diperingati oleh penduduk daerah itu,pedagang tersebut tidak menyadari bahwa rombongan yang ditemuinya itu bukanlah orang biasa, tetapi setan yang sedang menyamar. Mereka bahkan berada dalam bahaya karena mungkin akan dimangsa oleh setan-setan tersebut. Merasa yakin akan saran yang diberikan, pedagang tersebut menurut dan membuang semua persediaan airnya.


Setelah mereka melanjutkan perjalanan, mereka tidak menemukan oase atau air sama sekali. Sebagian menyadari bahwa mereka telah ditipu oleh makhluk yang kemungkinan adalah setan tersebut, dan mereka mulai menggerutu dan menyalahkan pedagang tersebut. Pada akhirnya mereka kelelahan. Sapi-sapi tersebut terlalu lelah untuk menarik beban karena kehausan. Semua orang dalam rombongan serta sapi-sapi menggeletak kelelahan dan jatuh tertidur. Begitulah terjadi, malam tiba dan setan-setan itu muncul dalam bentuk aslinya dan memangsa semua makhluk lemah tersebut. Ketika mereka telah selesai, yang tertinggal berserakan hanyalah tulang-belulang - tidak ada manusia ataupun hewan yang masih hidup.


Setelah beberapa bulan, pedagang yang kedua memulai perjalanan yang melalui rute yang sama. Ketika ia telah tiba di padang belantara, ia mengumpulkan semua pengikutnya, dan menasehati mereka - "Tempat ini disebut 'Gurun Tidak Berair' dan saya telah mendengar bahwa tempat ini didiami oleh setan dan jejadian. Karena itu kita harus berhati-hati. Karena mungkin akan ada tumbuhan beracun dan air yang telah tercemar.Jangan minum air yang ada tanpa bertanya terlebih dahulu padaku". Dengan nasehat ini mereka memulai perjalanan memasuki gurun.


Setelah kira-kira setengah perjalanan, dengan cara yang sama seperti rombongan yang pertama, mereka bertemu dengan rombongan setan yang sedang menyamar. Mereka mengatakan kepada rombongan pedagang tersebut bahwa oase telah dekat dan meminta mereka untuk membuang semua persediaan air mereka. Tetapi pedagang yang bijaksana ini dapat mengetahui mereka dengan langsung, dan tahu bahwa hal itu tidak masuk akal. Mana mungkin ada oase di gurun yang bernama 'Gurun Tanpa Air". Dan juga orang-orang tersebut mempunyai mata yang melotot dan merah, serta tingkah laku yang agresif dan memaksa, jadi ia curiga bahwa mereka mungkin adalah setan. Ia menyuruh mereka untuk minggir dan berkata, "Kami adalah pedagang yang tidak akan membuang air yang baik sebelum kami tahu ada penggantinya".


Kemudian, melihat bahwa banyak pengikutnya yang menjadi ragu, pedagang itu berkata kepada anak
buahnya, "Jangan percaya pada orang-orang ini, yang mungkin saja adalah setan, sampai kita benar-benar menemukan air. Oase yang mereka sebutkan mungkin hanyalah khayalan. Sudah pernahkah kita mendengar ada air di "Gurun Tan Air" ini? Apakah kalian merasa angin hujan atau melihat mendung?". Mereka semua mengatakan "Tidak". Kemudian ia meneruskan. "Jika kita mempercayai orang-orang ini dan membuang persediaan air kita, maka mungkin nantinya kita tidak akan mempunyai air untuk minum dan memasak - kemudian kita akan menjadi lemah dan haus - dan mudah bagi mereka,setan-setan itu untuk datang dan merampok kita, atau bahkan memangsa kita! Karena itu, sampai kita benar-benar menemukan air, jangan membuangnya bahkan setetespun!"


Rombongan itu meneruskan perjalanan, dan sore itu mereka sampai pada tempat di mana rombongan yang pertama dibunuh dan dimangsa oleh setan-setan tersebut. Mereka mengenali bahwa kereta-kereta yang sarat dengan muatan serta tulang-tulang yang berserakan itu adalah sisa dari rombongan yang pertama. Pedangan yang bijaksana itu memberitahu kepada beberapa orang untuk berjaga-jaga di sekitar kemah pada malam hari.


Keesokan harinya setelah sarapan, dan memberi makan sapi-sapi mereka yang baik, rombongan tersebut meneruskan perjalanan. Mereka menambahkan barang-barang berharga dari kereta rombongan yang pertama ke dalam kereta mereka. Mereka menyelesaikan perjalanan tersebut dengan aman dan sukses, dan kembali ke rumah dengan selamat pula sehingga untuk semua anggota keluarga mereka dapat menikmati keuntungan yang mereka peroleh.


Makna:
Seseorang harus menjadi cukup bijaksana untuk tidak tertipu oleh perkataan yang licik dan penampilan yang palsu. Jangan memiliki kahayalan yang melebihi realita yang kita miliki , bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini , sampai hal yang lebih baik datang untuk kita. tetap yakin dan waspada dalam menghadapi kehidupan



Di akhir Kisah Sang Buddha memberitahukan bahwa pedagang pertama ialah Devadatta di kelaihran lampau dan Pedagang kedua adalah Sang Buddha di kehidupan lampau. Pengikut rombongan pedagang pertama adalah para pengikut Devadatta dan para pengikut pedagang kedua yang bjiaksana ialah para pengikut Sang Buddha.


    No comments:

    Post a Comment

    SHARE